Minggu, 11 Desember 2011

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA



Oleh :
Nurwansyah

Secara garis besar Menurut UU No 7 Tahun 1996 bahwa ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap individu, pangan yang tersedia setiap waktu dan pangan yang mudah diperoleh. Terpenuhi pangan harus memenuhi beberapa persyaratan yakni : keamanan pangan, mutu pangan, Kuantitas  pangan dan tersebar secara merata. Dalam kata lain, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yan cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air baik diolah maupun tidak yang diperuntukkan sebagai makanan/minuman untuk dikonsumsi manusia, termasuk : Bahan tambahan makanan, Bahan baku makanan, bahan lain dalam proses pengolahan, pembuatan makanan / minuman. Kondisi suatu wilayah atau Negara dikatakan sebagai wilayah atau Negara makmur dan maju apabila ketahanan pangannya MANTAP dengan mengacu kepada 3 pilar utama sebagai indikator. Ketiga pilar tersebut yakni :
      1. Ketersediaan Pangan (KP) yaitu : pangan yang tersedia disuatu wilayah berasal dari produksi lokal sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni :
a.       Kebijakan Pemerintah
b.      Mutu dan luas lahan
c.       Cara/praktek pertanian
d.      SAPRODI
e.       Faktor lingkungan ( cuaca/iklim )
f.        Peranan Sosial dan
g.      Transportasi
       2.      Distribusi (akses) pangan yaitu : pasokan pangan merata keseluruh wilayah, harga stabil dan terjangkau secara bekelanjutan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.       Jumlah dan mutu pangan
b.      Sarana dan Prasarana Transportasi
c.       Jarak antar wilayah, dan
d.      rantai distribusi  
       3.      Penggunaan / konsumsi yaitu :  rumah tangga mampu mengakses cukup pangan dan mengelola konsumsi sesuai kaedah gizi dan kesehatan yang dipengaruhi oleh :
a.       Pola makanan
b.      Distribusi dalam keluarga
c.       Jumlah keluarga
d.      Pangan yang tercecer/pangan hilang
e.       Keadaan kesehatan
f.        Sosial budaya
g.      Iklim/cuaca
h.      Akseptabilitas pangan
i.        Penampilan (warna, bau, rasa , bentuk)
j.        Pengaruh mass media (iklan dll)
k.      Status sosial
l.        Pengolahan pangan

Dengan kata lain, bahwa Negara yang makmur dan maju adalah Negara yang pangannya terpenuhi. Didalam UU No 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa : Tugas utama pemerintah pusat terbatas pada mengatur kebijakan nasional dalam masalah pertanian dan ketahanan pangan, alokasi biaya dan fasilitasi sedangkan Pemerintah daerah menerapkan kebijakan nasional dan leluasa dalam menetapkan prioritas pembangunan masing-masing. UU No 32 Tahun 2004 semakin diperkuat dengan keluarnya peraturan pemerintah No 3 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah. Ini semakin mempertegas pernyataan yang menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan parameter keadaan ekonomi suatu Negara.
Tantangan dan Hambatan Dalam Memenuhi Ketahanan Pangan
1. Kebijakan Pemerintah
            Kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan mempengaruhi :
  1. Keberlangsungan Produksi Pangan
  2. Merangsang Produksi Pangan
  3. Pendapatan Rumah Tangga Petani Pangan
2. Iklim
Iklim yang tidak sesuai akan menyebabkan :
  1. waktu penanaman tanaman pangan terganggu
  2. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu
  3.  Organisme pengganggu tanaman meningkat
  4. Keberlangsungan usaha tani khususnya tani pangan 
  5. Produksi pangan menurun
3. Bencana Alam


  





4. Saprodi
Sarana produksi akan mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya ketahanan pangan yang ditentukan oleh :
  1. Tersedia atau tidaknya saprodi bagi usaha tani tanaman pangan
  2. Harga saprodi
  3. Keamanan saprodi
5. Manajement (Modal)
            Ada atau tidaknya usaha tani tanaman pangan tergantung pada kemudahan dalam memperoleh modal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah.
6. Lahan
Menjadi tantangan tersendiri bagi petani tanaman pangan karena pada umumnya tantangan yang paling sulit untuk di hadapi oleh petani adalah masalah lahan yang disebabkan oleh :
  1. Tingkat Kesuburan tanah / Lahan
  2.  Alih Fungsi Lahan
  3.  Luas Lahan
7. Transportasi
  1. Transportasi yang mendukung atau tidaknya dapat dilihat dari beberapa aspek :
  2. 1.      Tersedia atau tidaknya sarana dan prasarana transportasi
  3. 2.      Cukup atau tidaknya jumlah sarana prasarana transportasi
  4. 3.      Kesesuaian sarana prasarana transportasi

Solusi Tantanga Dan Hambatan Dalam Memenuhi Ketahanan Pangan
Solusi terbaik dari masalah-masalah yang ada dalam memenuhi ketahanan pangan ialah kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani. kebijakan-kebijakan yang bepihak kepada para petani diantaranya ialah :
  1. Membatasi izin pengusahaan lahan-lahan subur untuk pemukiman, pertokoan, dan perkantoran serta pembukaan usaha perkebunan seperti kelapa sawit dan kehutanan
  2. Memberikan akses dan jaringan serta jaminan serta kemudahan kepada para petani dalam memperoleh modal dari pihak-pihak ketiga seperti perBANK kan
  3. Memperluas akses permodalan bagi para petani khususnya petani tanaman pangan seperti program PNPM mandiri yang diperuntukan khusus petani, dan lembaga-lembaga permodalan lain
  4. Penetapan standar harga minimum ditingkat petani yang stabil dan sesuai dengan kebutuhan saat itu
  5.  Pembangunan sarana dan prasaranan transportasi yang merata, berkualitas, tepat jumlah dan jenis
  6.  Menetapkan harga SAPRODI yang sesuai dengan harga jual hasil produksi tanaman pangan, bermutu, aman dan berkelanjutan. Jangan sampai harga benih, pupuk dll tidak seimbang dengan harga jual hasil produksi tanaman pangan
  7. Pembentukan dan pemberian penyuluhan pertanian serta menyiapkan tenaga penyuluh yang aktif untuk membina petani disuatu wilayah bukan petugas penyuluha yang Cuma duduk dikantor, dan hanya mau bertugas dikota saja
  8. Dan masih banyak solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah. Kan orang-orang yang duduk di pemerintahan buka orang bodoh-bodoh. Masak nyelesaiin masalah gini aja gak bisa.



The great country is GOOD agriculture aplications
Jaya terus Indonesia, maju dan makmurlah hidup mu wahai para pahlawanku (petani)




PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL DALAM USAHA PENGEMBANGAN PERKEBUNAN



Oleh :
Nurwansyah
Lahan marginal adalah Lahan yang kehilangan kemampuan untuk mendukung kegiatan fisiologis tumbuhan yang terjadi akibat proses pembentukan, kerusakan alam atau akibat aktivitas manusia, yang membutuhkan perlakuan lebih untuk kegiatan ekonomi. Pada prinsipnya pengembangan usaha perkebunan dilakukan untuk mengembalikan kemampuan tanah dalam mendukung kegiatan fisiologis tanaman yang memerlukan perencanaan yang terprogram dan continue serta dukungan modal yang cukup besar. Namun permasalahan dalam pemanfaatan lahan marginal ini tidak cukup sampai disitu saja melainkan pada teknis pelaksanaan dan pemilihan program yang tepat sesuai dengan karakteristik lahan yang akan diusahakan. Salah satu contoh pengelolaan lahan marginal untuk perkebunan yang akan saya bahan pada posting kali ini ialah :
1. Areal Berlerang
Areal atau lahan dikatakan berlereng apabila tingkat kelerengan atau kemiringannya lebih dari 5 digit dan jumlah lahan yang memiliki kemiringan minimal ½ dari total luas areal/lahan yang ada. Pada areal berlerang pada umumnya dikatakan marginal karena tingkat terjadinya erosi sangat tinggi yang menyebabkan terjadinya leaching atau degradasi kesuburan tanah, penurunan permukaan tanah, degradasi lapisan tanah, dll. Erosi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
            

      Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi erosi 
1. Manusia
Erosi terjadi disebabkan oleh manusia lebih dititik beratkan kepada aktivitas dalam memenuhi kebutuhan manusia baik pangan, sandang, papan, transportasi, dsb. Dengan adanya kegiatan manusia yang mengksploitasi lahan seperti pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pembuatan jalan dan perumahan menjadikan suatau areal atau lahan menjadi kawasan yang terbuka dan ketika hujan turun Run Off (aliran permukaan) tidak tertahan sehingga terjadi erosi.
2. Iklim
Iklim yang mempengaruhi erosi yaitu curah hujan. Jika curah hujan dan intensitas hujan tinggi pada daerah-daerah yang berlereng akan terjadi erosi karena air yang datang lebih besar dari pada air yang masuk (infiltrasi rendah) dengan demikian aliran permukaan (run off) akan besar yang terus mengalir kedaerah yang lebih rendah dengan membawah bahan-bahan yang ikut mengalir terutama Bahan organik tanah, unsur hara dll.
3. Tofografi
Semakin tinggi tingkat kemiringan tanah maka tingkat erosi akan tinggi apalagi pada saat musim penghujan.
4. Vegetasi
Vegetasi berkayu atau pohon-pohonan tingkat mengurangi erosi lebih rendah dibandingkan dengan vegetasi tanaman rumput-rumputan.
5. Tanah  
Jenis tanah akan berpengaruh terhadap erosi yang berhubungan dengan kemampuan jenis tanah tersebut dalam menyerap dan menahan air. Pada tanah berpasir erosi yang terjadi akan tinggi karena sifat tanah pasir yang tidak mampu menahan dan menyerap air.
Program for corrective and improvement 
1. Water Manajement
Program ini bertujuan untuk managing flooding, acid Fosfat, reservoir for keep water. langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
  1.  Pembuatan teras bersambung. Ini bertujuan agar laju aliran permukaan dapat terhambat dan lapisan tanah yang ikut terbawa juga dapat tertahan pada teras berikutnya sehingga tidak langsung hilang.
  2. Pembuatan Side pit (lubang-lubang air). Lubang air ini dapat dibuat di pinggir-pinggir jalan, atau disela-sela tanaman dengan pola dan tata letak disesuaikan dengan kebutuhan. Side pit ini bertujuan untuk meningkatkan volume air yang masuk kedalam tanah sehingga aliran permukaan dapat dikurangi
  3. Pengaturan jarak tanam dan arah tanam sesuai kontur lereng. Semakin curam lerang lahan yang diusahakan jarak tanam harus diupayakan sedimikian rupa dengan jarak lebih rapat dan penanaman tanaman disesuai dengan rah lereng sehingga perakaran tanaman dapat menahan laju aliran permukaan
  4.  “U” shape front stocking (pengturan arah pelepah berbentuk huruf u) untuk perkebunan kelapa sawit
  5. Tapak kuda.
2.  Soil and Moisture Conservation
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah, menahan lapisan tanah dan menyediakan unsur hara. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu :
  1. Penanaman cover crop yang memiliki perakaran banyak seperti dari golongan LCC ( mucuna bracteata), akar wangi, pakis (nepiolephis bisserata). Selain berfungsi sebagai penahan erosi penamanam cover crop juga berfungsi untuk menyediakan unsur hara karena beberapa jenis tanaman seperti yang saya sebutkan diatas dapat memfiksasi unsur hara Makro primer tanpa merugikan tanaman utama
  2. Pemberian mulsa organik dengan pemanfaatan serasah, janjang kosong kelapa sawit dan tidak dianjurkan pemberian mulsa anorganik karena mulsa organik akan berdampak pada positif pada tanah dari pada pemberian mulsa anorganik.
3. Soil Fertilizer Conservation
Peningkatan kesuburan tanah perlu dilakukan karena pada umumnya tanah-tanah yang berlereng tingkat kesuburannya berbeda antara lereng dan lembah yang penerapannya juga memerlukan spesifikasi khusus antara lereng dan lembah. Pada daerah lereng aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara saving (penanaman pupuk kedalam tanah) dan jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk yang tidak mudah larut sedangkan pada daerah lembah aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara tabur dan jenis pupuk harus pupuk yang cepat larut.

2. Lahan Sulfat Masam
Lahan Sulfat Masam biasanya ditandai dengan kondisi lahan yang selalu tergenang atau jenuh air baik pada saat kemarau ataupun musim penghujan. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan atau hilangnya kemampuan tanah dalam memenuhi kebutuhan hidup tumbuhan yang tumbuh diatasnya. Kondisi ini diperparah dengan sifat tanahnya yang kurang baik, boleh dikatakan jelek jika diusahakan untuk kegiatan ekonomi seperti perkebunan. Selain produktifitas rendah, bahaya salinitasi, biaya investasi juga besar dan tidak cukup disitu saja, dengan kondisi lahan yang jenuh air diperlukan perlakuan-perlakuan khusus dengan mempertimbangkan beberapa hal : Pertama, bagaimana caranya air tetap tersedia sesuai kebutuhan tanaman perkebunan tapi yang tidak menimbulkan genangan. Kedua, apabila cara untuk mengatasi masalah pertama didapat tetapi tidak mengakibatkan terjadinya penurunan permukaan tanah. Ketiga, bagaimana cara menjaga agar tanaman tetap tegak dengan kondisi tanah yang bisa dikatakan lembek atau kerapatan tanah rendah dengan cara yang tidak  merusak tanah. dan masih banyak lagi pertimbangan-pertimbangan lainnya. Belum lagi jika ternyata pada lahan rawa tersebut terdapat lapisan gambut.  Entah laaaaaaa
Namun, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengelolah lahan rawa atau berair yang tidak produktif menjadi lahan yang menguntungkan diantaranya yaitu :
1. Water Managing
Cara ini dilakukan melalui :
  1. Pembuatan parit-parit disetiap baris tanaman dengan ketentuan yang disesuaikan dengan ketinggian air yang diinginkan dari permukaan parit sehingga tidak terjadi penurunan permukaan tanah. parit dapat dibuat dengan beberapa skala yaitu 1:12, 1:8, 1:4 dan yang terakhir 1:2. Jika cara ini tidak memberikan efek terhadap penurunan penurunan permukaan air, perlu ditambahkan lubang-lubang air (side pit) pada setiap tanaman atau 1 side pit untuk 4 tanaman misalnya.
  2. Pembuatan BUND atau tanggul penahan air seperti tanggul begitulah kira-kira tetapi bund ini tidak terbuat dari beton seperti tanggul kebanyakan melainkan dari tanah yang ditumpuk sedemikian rupa sehingga membentuk gundukan sebagai penahan air untuk lahan sulfat masam dengan tipe luapan A dan B. untuk lahan sulfat masam dengan tipe luapan C dan D tidak perlu dilakukan pembuatan BUND cukup dengan pembuatan parit saja dengan ukuran disesuaikan agar lahan tidak kekurangan air (biasanya parit berukuran 1m x 1m)
  3. Pembangunan water gate (pintu air) untuk mengatur ketinggian air ideal pada lahan apabila kelebihan dan kekurangan air
2. Mounding (pembubunan) tanaman
Tujuannya agar tanaman tidak mudah tumbang, memicu pertumbuhan akar dan meninggikan tempat tanaman di tanam. Mounding dilakukan karena pada umumnya tanah sulfat masam akan mengalami penurunan permukaan akibat proses pelapukan bahan-bahan organik yang belum terurai saat kondisi tergenang.caranya yaitu : isi tanah kedalam karung goni dan tumpuk karung goni disekitar tanaman membentuk huruf O atau lingkaran dengan jarak disesuaikan dengan jenis tanaman perkebunan yang diusahakan kemudian didalam lingkaran tersebut di tutupi atau diisi dengan tanah setebal kurang lebih sampai batas leher akar (pangal batang)
3. Pemupukan
Upaya pemupukan dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan peningkatan pH tanah. usaha peningkatan pH tanah dapat dilakukan dengan pemupukan kapur pertanian, atau pupuk organik dengan dosis yang direkomendasikan. Pemupukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara makro dan mikro dilakukan dengan pemberian pupuk dengan kandungan hara N, P, K, MG, dll dan diberikan melalui saving dengan jenis pupuk yang tidak mudah larut
4. Sarana Transportasi
  1. Pemilihan sarana transportasi harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jika tanah tidak cukup padat dan kuat untuk sarana jalan darat maka sarana harus dialihkan ke sarana air seperti rakit.
  2. Pembuatan jalan rintis untuk pemanenan buah dan pengangkutan buat dari dalam kebun ke luar kebun
5. Pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kesesuaian lahan bila ada pilih varietas tanaman yang khusu untuk lahan sulfat masam jika memang ada jika tidak apa boleh buat

Saya rasa cukup sekian dulu deh, info dari saya. Semoga ini bermanfaat untuk kita semua. Any times, I will continue this posting hehehe maaf baru mau belajar bahasa inggris


NOTE :
Diambil dari beberapa study yang diterapkan oleh perusahaan perkebunan di RIAU








bagaimana pendapat anda mengenai blog ini?